ILMU ASBAB AL-NUZUL
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu Abd Azis, M. Ag |
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas
B
1. Abdussyakur
Khoirul Umam NIM : 111032
2. Ahmad Iswanto NIM
: 111033
3. Anggun Rahmasari NIM
: 111037
4. Durratun Nafisa NIM : 111038
5. Niswati NIM
: 111054
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM PATI
2012
PRAKATA
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat-Mu ya Allah. Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta bimbingan-Nya
semata-mata, akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai. Sholawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan ke pangkuan Nabiyullah Muhammad, SAW.
Makalah ini penulis susun guna
memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Dan dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas,
maka makalah yang berjudul “
ilmu asbab al-nuzul “
, ini masih jauh dari kata
sempurna.
Dan dalam penulisan makalah ini
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Abd Azis, M. Ag selaku dosen pengampu
mata kuliah Ulumul Qur’an Sekolah Tinggi Agama Islam Pati.
2. Segenap Dosen Sekolah Tinggi Agama
Islam Pati.
3. Semua pihak yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
Penulis berharap dari makalah yang
penulis susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun
pembaca. Demikianlah makalah ini penulis susun, kritik serta saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi makalah ini.
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Pati,
22 Maret 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA................
………………………………………………….………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbab
al-Nuzul dan Ilmu Asbab al-Nuzul ....……………….......... 3
B. Macam-macam Sebab Nuzul dan Contohnya………………………............... 4
C. Pentingnya Mengetahui Asbab al-Nuzul dalam Memahami al-Quran ............ 5
D. Kaidah Menetapkan Hukum Dikaitkan dengan Asbab al-Nuzul ............... 5- 10
B. Macam-macam Sebab Nuzul dan Contohnya………………………............... 4
C. Pentingnya Mengetahui Asbab al-Nuzul dalam Memahami al-Quran ............ 5
D. Kaidah Menetapkan Hukum Dikaitkan dengan Asbab al-Nuzul ............... 5- 10
E. Manfaat Mengetahui
Asbab al-Nuzul dalam Pendidikan dan Pengajar ..... 11-12
BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber dari segala
sumber ajaran Islam. Ia merupakan kitab suci yang andai pepohonan di seluruh
dunia dijadikan pena dan samudra dijadikan tinta, tidak akan habis diuraikan
makna-maknanya. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang menjadi rujukan dasar
nilai dan dasar ajaran Islam. Sebagai kalam Allah, ia merupakan sifat Allah
yang harus diletakkan dan disikapi sebagai sumber inspirasi, kreativitas, dan
nilai bagi kaum muslimin. Oleh karena itu semua hal “ dituntut “ untuk merujuk
sumber yang asasi tersebut. Al-Qur’an merupakan sumber ilmu. Banyak sekali ilmu
yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Hal itu karena para pengkaji Al-Qur’an
bermaksud merealisasikan banyak tujuan dan memandanag Al-Qur’an dari segi yang
berbeda. Diantara beberapa masalah yang sering dibahas oleh para ahli agama,
khususnya dalam bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an ( ulumul Qur’an ) adalah tentang sebab-sebab turunnya Al-Qur’an ( asbab al-nuzul ). Hal ini terbukti
adanya tema asbab al-nuzul hampir
pada setiap kitab ulum Al-Qur’an dan ilmu tafsir sebagai salah satu objek
kajian. Hal ini sekali lagi memberikan kesan bahwa asbab al-nuzul memang salah satu tema kunci dan utama dalam studi
ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Asbab
al-nuzul berfungsi mengungkap kejadian-kejadian historis dan peristiwa-peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya nash Al-Qur’an. Tinjauan terhadap Al-Qur’an alkarim
seperti mengetahui ayat mana yang turun terlebih dahulu dan ayat mana yang
turun belakangan yang berkenaan dengan sebab tertentu yang mendahuluinya, ayat
mana yang menjelaskan sebab tersebut, dan ayat mana yang merupakan tanggapan
terhadapnya atau menjelaskan hukumnya. Apakah ayat tersebut harus dipahami
berdasarkan keumuman arti atau kekhususan sebab turunnya, jangkauan
pertimbangan terhadap realitas ayat dan situasi serta kondisi yang
menyertainya, kejadian dan siapa-siapa yang terlibat didalamnya semua itu akan
penulis bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan
latar belakang tersebut di atas, maka setidaknya ada beberapa masalah yang akan
di bahas dalam makalah ini, yaitu :
1.
Apakah
pengertian asbab al-Nuzul dan ilmu asbab
al-Nuzul ?
2.
Apa
sajakah macam-macam sebab Nuzul dan contohnya ?
3.
Apakah
pentingnya mengetahui asbab al-Nuzul dalam memahami al-Quran ?
4.
Apakah
kaidah menetapkan hukum yang dikaitkan dengan memahami al-Quran ?
5.
Apa
sajakah manfaat mengetahui asbab al-Nuzul dalam pendidikan dan pengajaran ?
c. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan
masalah di atas adalah :
1. Untuk memberitahukan
pengertian dari asbab al-Nuzul dan ilmu asbab al-Nuzul.
2. Untuk memberitahukan macam-macam sebab Nuzul dan
contohnya.
3. Untuk memberitahukan pentingnya mengetahui asbab
al-Nuzul dalam memahami al-Quran.
4. Untuk memberitahukan kaidah dalam menetapkan hukum
yang dikaitkan dengan asbab al-Nuzul.
5. Untuk memberitahukan apa saja manfaat dari
mengetahui asbab al-Nuzul dalam pendidikan dan pengajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asbab al-Nuzul dan Ilmu Asbab al-Nuzul
Menurut
bahasa “ Asbab al-Nuzul “ berarti turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam
masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an
diturunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan
manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan
sebab turunnya Al-Qur’an. Namun demikian sebagian besar ayat Al-Qur’an tidak
mempunyai asbab al-Nuzul karena tujuan Al-Qur’an turun adalah sebagai kitab
suci pedoman umat manusia sepanjang masa. Dan secara khusus beberapa ayat-ayat
Al-Qur’an turun karena sebab tertentu yang melatar belakanginya.
Sebab-sebab
turunnya ayat dalam bentuk peristiwa ada 3 macam. Pertama, peristiwa berupa
pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecambuk antara golongan dari suku
Aus dan dan golongan dari suku Khazaraj. Perselisihan itu timbul dari
intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka
berteriak-teriak : “ Sejat,senjata “. Peristiwa tersebut menyebabkan turunya
Surat Ali Imran ayat 100 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ
تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Artinya :
Artinya :
“ Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman.”
Sampai
beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupakan cara terbaik untuk menjauhkan orang
dari perselisihan dan merangsang orang untuk menjauhkan orang dari perselisihan
dan merangsang kepada sikap kasih sayang, persatuan, dan kesepakatan. Kedua,
peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seseorang yang
mengimani salat saat sedang mabuk sehingga tersalah membaca surat Al-Kafirun.
Dan peristiwa ini menyebabkan turunnya ayat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا
تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ
كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ
لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا
فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Artinya :
“
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ( jangan pula hampiri masjid
) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik ( suci ); sapulah mukamu
dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. “
Ketiga,
pristiwa itu berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian (
muwafaqat ) Umar bin Al-khattab dengan ketentuan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam
sejarah, ada beberapa harapan Umar yang dikemukakannya kepada Nabi Muhammad.
Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan Umar
tersebut. Diantaranya adalah surat Al-Ahzab ayat 53 dan surat Al-Tahrim ayat 5.
Adapun
sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi 3
macam. Pertama, pertanyaan yang
berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu seperti yang terkandung dalam surat
Al-Kahfi ayat 83. Kedua, pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang
berlangsung pada waktu itu seperti yang terkandung dalam surat Al-Isra ayat 85.
Ketiga, pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang seperti yang
terkandung dalam surat An-Naziat ayat 42.
Definisi
Asbab al-Nuzul yang dikemukakan di atas membawa kepada pembagian ayat-ayat
Al-Qur’an kepada dua kelompok. Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab dan
yang kedua turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
tidak semuanya ayat menyangkut keimanan, kewajiban dari syari’at Agama turun
tanpa Asbab al-Nuzul.
B.
Macam-macam Sebab Nuzul dan Contohnya
Asbab al-Nuzul dapat dibagi menjadi 2 yaitu Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid dan Ta’addud Al-Nazil Wa Al-Sabab Wahid. Sebab turun ayat disebut Ta’addud bila ditemukan dua riwayat yang
berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau kelompok ayat tertentu.
Sebaliknya, sebab turun itu disebut Wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya
satu. Suatu ayat yang turun disebut Ta’addud
Al-nazil, apabila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang turun
sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat dan masing-masing
menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya,
maka kedua riwayat ini diteliti dan dianalisis. Permasalahannya ada empat
bentuk. Pertama, salah satu dari keduanya sahih dan lainnya tidak. Kedua,
keduanya sahih, akan tapi salah satunya mempunyai penguat ( murajjin ) dan
lainnya tidak. Ketiga, keduanya sahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai
penguat ( murajjin ). Keempat, keduanya sahih, tidak mempunyai penguat (
murajjin ), dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
Bentuk pertama diselesaikan dengan jalan memilih riwayat yang sahih dan
menolak yang tidak sahih. Misalnya perbedaan yang terjadi antara riwayat
Bukhari, Muslim, dan lainnya. Bentuk kedua ialah keadaan dua riwayat itu sahih.
Akan tetapi, salah satu diantaranya mempunyai penguat ( murajjin ).
Penyelesaiannya dengan mengambil yang kuat rajihah. Penguat ( murajjin ) itu
ada kalanya salah satunya lebih sahih dari yang lainnya atau periwayat salah
satu dari keduanya menyaksikan kisah itu berlangsung sedang periwayat lainnya
tidak demikian. Misalnya, hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud.
Bentuk ketiga ialah kesahihan dua riwayat itu sama dan tidak ditemukan penguat
( murajjin ) bagi salah satu kedunya. Misalnya hadits yang diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dari jalan ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa Hilal bin ummayyah menuduh
istrinya berbuat mesum di sisi Nabi dengan Syarik Bin Samha. Makamalaikat
Jibril menurunkan surat An-Nur ayat 6. Bentuk keempat ialah keadaan dua riwayat
itu sahih, tidak ada penguat ( murajjin ) bagi salah satu keduanya sekaligus
sebagai Asbab Al-Nuzul karena waktu peristiwannya jauh berbeda. Penyelesaian
masalah ini dengan menganggap berulang-ulangnya ayat itu turun banyak Asbab
Al-Nuzulnya. Misalnya ialah hadis yang diriwayatkan Al-Baihaqi dan Al-Bazzar
dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW agak dekat dengan Hamzah ketika gugur menjadi
syahid dan tubuhnya dicincang. Dan malaikat Jibril turun dengan membawa tiga
ayat dari akhir surat Al-Nahl.
Inilah empat bentuk permasalahan dan pemecahannya ketika terjadi Ta’addud Asbab Wa Al-Nazil Wahid, yaitu
riwayat tentang sebab turun ayat lebih dari satu riwayat sedang ayat yang turun
satu atau beberapa ayat yang turun serempak. Adapun jika sebaliknya, yaitu Ta’addud Al-Nazil Wa Al-Sabab Wahid ( ayat
yang turun berbeda dan sebabnya tunggal atau sama ), maka hal yang demikian
tidak menjadi masalah. Hal demikian tidak bertentangan dengan hikmah untuk
meyakinkan manusia dan menjelaskan kebenaran. Bahkan, cara yang demikian bisa
lebih efektif.
C. Pentingnya Mengetahui
Asbab al-Nuzul dalam Memahami al-Quran
Mempelajari dan
mengetahui Asbab al-Nuzul bagi turunnya Al-Qur’an sangat penting, terutama
dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Para ulama telah menulis beberapa
kitab khusus tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an dan menekankan
pentingnya mengetahui Asbab al-Nuzul dengan pernyataan-pernyataan yang tegas.
Sebagai contoh tentang
bahaya menafsirkan Al-Qur’an tanpa mengetahui sebab turunnya ialah penafsiran
Usman bin Mazun dan Amr bin Ma’addi
Kariba terhadap surat Al-Maidah ayat 93. Kekeliruan yang serupa terjadi juga
kepada Marwah bin Al-Hakam dalam memahami ayat tanpa mengetahui sebab turunnya.
Dari dua contoh yang
dikemukakan ini dapat dipahami betapa bahanya memahami Al-Qur’an tanpa
mengetahui sebab turunnya. Namun demikian sebagaimana telah diterangkan
sebelumnya tidak semua ayat Al-Qur’an harus mempunyai sebab turun. Ayat-ayat
yang mempunyai sebab turun juga tidak semunya harus diketahui sehingga tanpa
mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami. Ahmad Adil Kamal menjelaskan bahwa
turunnya ayat-ayat Al-Qur’an melalui beberapa cara. Pertama, ayat-ayat turun
sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada Nabi. Kedua, ayat-ayat
turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.
Kemudian menambahkan bahwa ayat-ayat yang mempunyai sebab turun terbagi menjadi
2 kelompok. Kelompok pertama, ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui,
seperti ayat-ayat hukum. Sebab, Asbab al-Nuzulnya harus diketahui agar
penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Kelompok kedua, ayat yang sebab
turunya tidak harus diketahui, seperti ayat-ayat menyangkut kisah dalam
Al-Qur’an . Namun, tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu
mengetahui sebab turunnya. Bagaimanapun, sebagian kisah Al-Qur’an tidak dapat
dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya.
Dan secara terperinci,
menurut Al-Zarqani menyebutkan tujuh macam kegunaan atau faedah mengetahui
Asbab al-Nuzul. Kegunaan tersebut antara lain :
1. Pengetahuan
tentang Asbab al-Nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan
Allah secara khusus mensyari’atkan Agama-Nya melalaui Al-Qur’an. Pengetahuan
yang demikian akan memberi manfaat baik bagi orang Mukmin maupun non-Mukmin.
Orang Mukmin akan bertambah imannya sedangkan bagi orang kafir, hikmah-hikmah yang terkandung
dalam Agama Allah itu akan menggiringnya kepada iman.
2. Pengetahuan
Asbab al-Nuzul membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya.
3. Pengetahuan
tentang Asbab al-Nuzul dapat menolak dugaan adanya Hars ( pembatasan ) dalam
ayat yang menurut lahirnya mengandung Hars ( pembatasan ), seperti firman Allah
yang terkandung dalam surat Al-An’am ayat 145.
4. Pengetahuan
tentang Asbab al-Nuzul dapat mengkhususkan ( takhsis ) hukum pada sebab menurut
ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah sebab dan bukan
keumuman lafal.
5. Dengan
mempelajari Asbab al-Nuzul diketahui pula bahwa sebab turunnya ayat tidak
pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang
mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).
6. Dengan
Asbab al-Nuzul, diketahui orang yang ayat tertentu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa
membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi
orang yang salah.
7. Pengetahuan
tentang Asbab al-Nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an
serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika
mengetahui sebab turunnya.
Dari tujuh macam
kegunaan pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul yang telah dikemukakan di atas,
setidaknya lima diantaranya mempunyai hubungan yang erat dengan pentingnya
menfsirkan Al-Qur’an dan megistinbat hukum. Seperti yang dipaparkan dalam
kegunaan mengetahui Asbab al-Nuzul nomor 2 sampai 6. Sedangkan nomor 1 dan 7 merupakan
pelengkap untuk menunnjang kemantapan
pendirian dan kesempuranaan wawasan bagi seseorang yang hendak memahami
Al-Qur’an secara benar.
D. Kaidah
Menetapkan Hukum Dikaitkan dengan Asbab al-Nuzul
Dalam
memahami ayat Al-Qur’an yang berbeda dengan mengandung lafat umum atau khusus
dikaitkan dengan Asbab turunnya, maka ada beberapa kaidah yang ditetapkan.
a.
Contoh yang
bersifat umum dan sebab turunnya juga umum.
( Q.S Al-Baqarah : 222 )
Sebab turunnya ayat ini juga umum yaitu bahwa orang-orang Yahudi bila istrinya
haid, mereka mengeluarkannya dari rumah dan tidak ingin makan serta minum
bersama mereka. Lalu ayat ini menyanggah hal itu, yang tidak diperbolehkan
hanya berhubungan suami istri.
b.
Contoh yang
bersifat khusus dan sebab turunnya juga khusus.
( Q.S Al-Lail : 17-21 )
Kandungan ayat ini bersifat khusus karena “ Al “ bila masuk pada kata
benda superlatif, seperti “ atqo “ maknanya adalah khusus, sebab turun ayat ini
juga khusus yaitu ketika sahabat Abu Bakar Assiddig telah membeli tujuh orang budak yang di aniaya oleh tuan
mereka karena masuk Islam, lalu beliau membebaskannya. Ayat ini berlaku khusus,
karena baik maknanya maupun sebab turunnya khusus.
Timbulnya persoalan
bila ayat bersifat umum, sedangkan sebab turunnya ayat bersifat khusus, dalam
hal ini para ulama berbeda pendapat :
1.
Jumhur Ulama
“ yang dijadikan pegangan adalah teks yang umum bukan sebab khusus “.
Jadi yang dijadikan pegangan adalah bunyi teks umum, bukan sebab khusus,
contohnya adalah ketentuan mengenai mua’anah ( salaing melaknat ) antara suami
istri yang di atur dalam surat An-nur ayat 6-9. Sebab turun ayat ini khusus
yaitu kasus Hilal bin Umayah yang mennuduh istrinya selingkuh dengan Syarik bin
Samba. Nabi menegaskan bahwa ia harus memiliki saksi-saksi, bila tidak akan di
cambuk ( jild ) tetapi ia menyanggah
Nabi Muhammad SAW, bahwa ia melihat sendiri istrinya selingkuh dan
bagaimana ia akan memanggil saksi-saksi
dalam peristiwa seperti itu. Akhirnya malaikat Jibril datang membawa ayat-ayat
diatas.
Dalam ayat itu di atur, bahwa bila seorang suami tidak mempunyai
saksi-saksi ketika menuduh istrinya selingkuh, maka ia dapat membaca syahadat
empat kali sebagai ganti empat saksi, dana kali kelima ia menegaskan bahwa ia
bersedia menerima laknat Allah SWT bila ia berdusta yang istrinya bila ia mau,
dapat menangkis dengan perbuatan serupa. Akibatnya, suami istri itu cerai dan
tidak boleh rujuk selama-lamanya sekalipun san istri suadah menikah dan
bercerai lagi dengan orang lain.
2.
yang
dijadikan pegangan adalah sebab yang khusus, bukan teks umum alasannya bahwa
teks yang maknanya umum ada sebab khususnya. Ia baru bisa berlaku umum dengan
upaya lain, misalnya dengan menerapkan analogi ( qiyas ) atau semacamnya.
Asbabun Nuzul sangatlah erat
kaitannya dengan kaidah penetapan hukum, seringkali terdapat kebingungan dan
keraguan dalam mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an karena tidak mengetahui sebab
turunnya ayat. Contoh firman Allah dalam
surat Al Baqarah ayat 15 :
Artinya :
“ Dan kepunyaan Allah lah timur
dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah Allah, sesungguhnya Allah
maha luas ( rahmat-Nya ) lagi maha mengetahui “.
Firman Allah ini turun berkenaan
dengan suatu peristiwa yaitu ketika beberapa orang mukmin menunaikan sholat
bersama Rasulullah SAW. Pada suatu malam yang gelap gulita sehingga mereka
tidak dapat memastikan arah kiblat dan akhirnya masing-masing menunaikan sholat
menurut perasaan masing-masing meskipun tidak menghadap arah kiblat karena
tidak ada cara untuk mengenal kiblat.
Seandainya tidak ada penjelasan mengenai Asbabun Nuzul tersebut mungkin
masih ada orang yang menunaikan sholat menghadap arah sesuka hatinya dengan
alasan firman Allah sura Al- Baqarah ayat 115.
Berkaitan hal ini, Masdar F. Mas’udi menyatakan bahwa firman Allah
tentang “ timur dan barat “ mempunyai kemungkinan implikasi yang luas, firman
itu menyangkut kaum Yahudi Madinah. Menurut penuturan Ibn Abi Yhalah, ketika
Nabi dengan izin Allah mengubah kiblat dari Yerusalem ke arah Makkah, kaum
Yahudi bertanya-tanya, mengapa ada perubahan yang mengesankan sikap tidak teguh
dalam beragama ?, maka firman Allah tersebut bermaksud menampikkan ejekan kaum
Yahudi dan menegaskan bahwa perkara arah menghadap dalam sholat bukanlah
sedemikian prinsifilnya sehingga harus dikaitkan dengan permasalahan nilai
keagamaan yang lebih mendalam seperti keteguhan atau konsistensi ( istiqomah )
sebagai ukuran kesejatian dan kepalsuan.
E. Manfaat Mengetahui Asbab al-Nuzul
dalam Pendidikan dan Pengajar
Dalam dunia pendidikan, para pendidik mengalami
banyak kesulitan dalam penggunaan media pendidikan yang dapat membangkitkan
perhatian anak didik supaya jiwa mereka siap dan minat menerima pengajaran, dan
seluruh potensi intetektualnya terberdayakan untuk mendengarkan dan mengikuti
pelajaran. Tahap pendidikan dasar dalam suatu pengajaran memerlukan kecerdasan
yang dapat membantu guru dalam menarik minat anak didik terhadap pelajarannya
dengan berbagai media yang cocok. Juga memerlukan latihan dan pengalaman yang
cukup lama dalam memilih metode pengajaran yang efektif dan sejalan dengan
tingkat pengetahuan anak didik tanpa adanya kekerasan dan paksaan.
Tahap pendidikan dasar itu di samping bertujuan
membangkitkan perhatian dan menarik minat anak didik, juga ditujukan memberikan
konsepsi menyeluruh mengenai kurikulum pelajaran, agar guru dapat dengan mudah
membawa anak didiknya dari hal-hal yang yang bersifat umum kepada yang khusus,
sehingga materi-materi pelajaran yang telah ditargetkan dapat dikuasai secara
detail setelah anak didik itu memahaminya secara garis besarnya.
Kaitannya dengan pengetahuan tentang Asbab an-Nuzul
adalah merupakan media paling baik untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan
dalam mempelajari al-Qur’an al-Karim baik bacaannya maupun tafsirnya. Asbab
an-Nuzul ada kalanya berupa kisah tentang perisitiwa yang terjadi, atau berupa
pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengetahui hukum suatu masalah,
hingga al-Qur’an pun turun meresponnya. Seorang guru sebenarnya tidak perlu
membuat pengantar pelajaran dengan sesuatu yang baru dipilihnya, sebab jika ia
menyampaikan Asbab an-Nuzul, maka kisahnya itu sudah cukup untuk membangkitkan
perhatian, menarik minat, memusatkan potensi intelektual dan menyiapkan jiwa
anak didik untuk menerima pelajaran, serta mendorong mereka untuk mendengarkan
dan memperhatikannya. Mereka akan segera dapat memahami pelajaran itu secara
umum dengan mengetahui Asbab an-Nuzul, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur
kisah yang menarik. Selanjutnya jiwa mereka akan bersemangat untuk mengetahui
ayat apa yang akan diturunkan dengan sebab turunnya ayat itu, apa
rahasia-rahasia perundangan dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, yang
kesemua ini memberi petunjuk kepada manusia ke jalan yang lurus, jalan menuju
kekuatan, kemuliaan dan kebahagiaan.
Para pendidik dalam dunia pengajaran dan pendidikan
di bangku-bangku sekolah atau pendidikan umum, dalam memberikan bimbingan perlu
memanfaatkan konteks Asbab an-Nuzul dalam memberikan rangsangan kepada peserta
didik yang tengah belajar dan masyarakat umum yang dibimbing. Cara demikian
merupakan cara yang paling bermanfaat dan efektif untuk mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Setelah penulis menyelesaikan pembahasan
tentang “ ilmu asbab al-nuzul “ maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun ke muka
bumi terdiri dari 2 kategori. Pertama, ayat Al-Qur’an di dahului oleh sebab.
Kedua, tidak didahului oleh sebab.
2. Berkenaan dengan asbab al-Nuzul, ada beberapa jenis
asbab al-nuzul antara lain suatu ayat
yang diturunkan berkenaan dengan adanya pertanyaan dan ayat yang diturunkan
berkenaan dengan suatu peristiwa.
3. Mempelajari dan mengatahui Asbab al-Nuzul sangat
bermanfaat karena membantu memahami kandungan Al-Qur’an supaya tidak terjadi
kekeliruan dalam menafsirkan suatu ayat.
4. Lafal-lafal dari riwayat
yang sahih tidak selalu berupa nas sarih ( pernyataan yang jelas ) dalam
menerangkan sebab turunnya ayat. Diantaranya ada yang dengan pernyataan yang
konkrit, dan ada pula dengan bahasa yang samar yang kurang jelas maksudnya.
5. Dengan mengetahui Asbab
Al-Nuzul dalam pendidikan dan pengajaran maka dapat mewujudkan tujuantujuan
pendidikan dalam mempelajari Al-Qur’an sal karim baik dalam bacaan maupun
tafsirannya.
13
DATAR PUSTAKA
DEPAG
RI. 2009. Muqodimah Al-Qur’an dan
Tafsirnya. Jakarta : Depag.
Suhadi. 2011.
Ulumul Qur’an. Kudus : Nora Media
Enterprise.
Syadali,
Ahmad dan Ahmad Rofi’i. 1997. Ulumul Quran I. Bandung : CV. Pustaka
Setia
Qurvid.
2011. “ Faedah Mengetahui Asbab Al-Nuzul dalam Medan Pendidikan dan Pengajran
”. ( online ),
(
http://www.qurvid.com, diakses 10 Maret
2012 ).
Wahab,
Addin. 2012. “ Ilmu Asbabul Nuzul “. ( online ),
( http://addinwahab.blogspot.com,
diakses 14 Maret 2012 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar