Rabu, 19 Januari 2011

Atlantis

Atlantis, Atalantis, atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.

Dalam catatannya, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules", dan memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.

Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga mempengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).

Catatan Plato


Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subyek diskusi dalam Hermocrates.

Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah (hanya tiga tokoh pertama yang dibawa), catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.

Timaeus

Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah:

Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.[4]

Critias

Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.

Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan "terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).

Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis" juga berasal dari namanya, yang berari "Pulau Atlas".

Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).

Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.

Catatan kuno lainnya

Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.

Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif. Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk diberikan".

Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica". Marcellus masih belum diidentifikasi.

Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.

Catatan Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, "kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος, "kota-Pertempuran"). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyebrangi samudra untuk menaklukan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.

Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.

Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine" (Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.

Risalah Ibrani mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.

Catatan modern


Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan.

Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis.

Pada pertengahan dan akhir abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.

Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.

Selama akhir abad ke-19, ide mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua hilang" lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia), bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras pada Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce, pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923, dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia, dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban berevolusi tinggi kuno, kini telah tenggelam, yang memiliki kapal dan pesawat tempur menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.

Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.

Ide Nasionalis

Konsep Atlantis menarik perhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras "Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".

Hipotesa terkini

Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.

Hipotesa lokasi

Citra satelit Santorini dari udara. Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai lokasi Atlantis.

Sejak Donnelly, terdapat lusinan - bahkan ratusan - usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.

Kebanyakan lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis. Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003. A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.

Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.

Antarktika, Indonesia, dibawah Segitiga Bermuda, dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua "Kumari Kandam" yang hilang di India telah menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.

Lokasi yang diduga sebagai lokasi Atlantis adalah:

Ilustrasi Atlantis oleh Lloyd K. Townsend.

Atlantis dalam seni, sastra dan budaya

Legenda Atlantis muncul dalam banyak buku, film, serial televisi, permainan video, lagu dan karya lainnya. Contoh Atlantis dalam film adalah serial televisi Stargate Atlantis dan film animasi Disney Atlantis: The Lost Empire. Permainan video pertama Tomb Raider

menampilkan Atlantis sebagai basis cerita dan lokasi untuk akhir cerita.


Benarkah Indonesia adalah Atlantis yang hilang?

Atlantis, kita banyak mendengar tentang kota ini, yang konon memiliki peradaban yang sangat tinggi, tapi kemudian hilang karena ditelan bencana besar.

Legenda yang berkisah tentang “Atlantis”, pertama kali ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critias dan Timaeus.

Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.

Kebanyakan lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah atau disekitar Laut Hitam. Beberapa hipotesis yang lain menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara,atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.

0976955008thumb

Hingga pada akhir th 2005, Prof. Arysio Santos yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost Continents Finally Found”.

Didalam buku tersebut, secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Beliau menunjukkan perbandingan yang menunjukkan Indonesia adalah lokasi Atlantis yang hilang dibandingkan lokasi-lokasi perkiraan sebelumnya.

Dalam buku ini beliau membandingkan berdasarkan : Sistem irigasi, Keberadaan mammoth/gajah, Ukuran benua, Iklim Tropis, Keberadaan Kelapa dan Nanas, Konstruksi Megalitikum, Kekayaan tambang dan lain-lain (http://atlan.org/articles/checklist)

Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.

Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.

Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu. Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.

Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun SM, secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.

Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia .

fig1

Gambar 1 : Atlantis
Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang mengikuti garis ‘Wallace’.

Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’. Hingga terjadinya letusan gunung berapi secara berurutan, yang menyebabkan melelehnya lapisan es dan menimbulkan gempa dan tsunami yang menenggelamkan dataran rendah.

Benarkah hypothesis itu?? Dengan kecanggihan teknologi saat ini, yang memungkinkan pencarian di kedalaman laut, kebenaran seluruh hypothesis yang pernah ada tentang Atlantis mungkin akan segera terungkap..

Senin, 17 Januari 2011

Membuat Film Animasi dengan Macromedia Flash

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Animasi adalah bentuk lain dalam industri film yang kian berkembang sampai saat ini. Keunikan paduan gambar dan suara membuat film animasi memiliki ciri tersendiri.

Apa Itu Film Animasi?

Film animasi berarti film yang seolah-olah hidup. Di dalam film animasi tercakup berbagai ornamen yang berpadu, seperti seni fotografi, sosok boneka, juga hasil gambaran tangan, yang semuanya diprogram sehingga memberi kesan bergerak saat diproyeksikan.


Contoh film animasi 2-D adalah yang sering Anda lihat melalui film-film produksi Disney. Sedangkan film animasi 3-D seringkali digarap oleh Pixar Studio.


Membuat Film Animasi

Pembuatan film animasi bisa dilakukan secara sederhana, antara lain menggunakan program Macromedia Flash.


Secara singkat, berikut ini adalah tahap pembuatan film animasi 2-D.
  • Mencari ide cerita dan menuangkannya dalam sinopsis

Tema bisa diambil dari hal sederhana, atau mengutip salah satu cerita dalam komik atau naskah pendek. Cerita yang mengandung pesan akan lebih baik.

  • Membuat Story board

Story board, yaitu gambaran adegan film dalam coretan di atas kertas (secara garis besar), agar lebih mudah dibayangkan oleh semua yang terlibat pembuatan film tersebut.

Dalam story board, tergambar antara lain: alur cerita, adegan, klimaks, dan ending.
  • Menggambar tokoh
Tokoh dan karakternya bisa diambil dari pengamatan sekitar. Penggambarannya secara sederhana diawali dengan menggunakan pensil/ spidol. Setelah itu gambar discan, dan diolah kembali agar lebih bagus menggunakan Flash.

Gambar karakter dibuat dengan berbagai jenis gerakan dan posisi. Setelah semua diedit, semua bisa digabung menjadi sebuah gambar bergerak.

Membuat latar belakang disesuaikan dengan waktu kejadian cerita. Salah satu perangkat lunak yang bisa membantu membuat latar belakang 3-D adalah Swift 3D.

  • Memberi Warna

Secara garis besar ada 3 tahap pewarnaan, yaitu warna primer (warna dasar), warna sekunder (campuran 2 warna primer), dan warna tersier (campuran 2 warna sekunder).

Dari sudut pencahayaan, warna dapat dibagi menjadi warna panas dan dingin, dan penggunaannya disesuaikan dengan jalan cerita di film. Pewarnaan diolah juga menggunakan Flash.

  • Pembuatan Animasi

Dalam program Flash terdapat tool yang membantu menyatukan semua karakter yang telah dibuat.Penyatuan ini dilakukan bertahap, mulai dari tokoh terlebih dulu, obyek pendukung, dan latar belakang.

  • Penggabungan Animasi

Setiap potongan adegan lantas disatukan, sesuai dengan storyboard yang telah dibuat.

Suara dapat diisi sendiri memakai audio editor (perangkat lunak), namun bisa pula mendownload file suara dari internet. Format suara dalam flash berbentuk wav dan mp3.

  • Mengubah bentuk Animasi Flash (SWF) menjadi VCD.
Hal ini dilakukan agar film dapat ditonton di layar televisi.

Nah, demikianlah tahap-tahap sederhana membuat film animasi menggunakan Macrmedia Flash. Selamat mencoba!

Beberapa Jenis Ikan Hias Air Laut Unik

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Perairan Indonesia kaya dengan berbagai jenis ikan hias air laut. Bentuk dan warna ikan air laut yang lucu dan menggemaskan tersebut membuat banyak orang berkeinginan untuk memeliharanya di akuarium.

Beberapa jenis ikan hias air laut ada yang menjadi favorit dan banyak diminati oleh para penggemar ikan hias. Mereka umumnya ingin membuat 'Taman Laut' kecil dalam akuarium air laut yang mereka miliki. Bahkan, mereka tidak hanya melengkapi koleksi ikan hiasnya saja, namun juga akuarium miliknya itu dilengkapi dengan gugusan batu karang serta beberapa tumbuhan laut lainnya.

Jika Anda juga ingin mengetahui apa sajakah ikan hias yang menjadi favorit tersebut, silahkan simak daftar di bawah ini.


1. Clownfish atau Ikan Badut.

Masih ingat film animasi Finding Nemo? Si tokoh utama di film itulah yang sedang kita bicarakan. Ikan ini banyak di pelihara dalam akuarium karena warnanya yang mencolok dan lucu, serta tingkahnya yang lincah.

Dominasi orange dan putih serta hitam yang kontras menyebabkan ikan ini cocok menjadi pusat perhatian dalam akuarium. Di habitat aslinya, ia biasa ditemukan dalam perairan kaya sinar matahari. Kedalaman yang paling cocok untuk Clownfish tidak boleh lebih dari 10 meter.

2. Kepe – Kepe Monyong

Bentuk mulutnya yang monyong tajam justru membuat ikan ini nampak unik dan banyak dicari. Ikan ini bukan jenis ikan hias air laut asli Indonesia, karena biasanya dijumpai di laut Afrika Selatan.

Habitat aslinya adalah tinggal di daerah terumbu karang. Oleh karena itu, akuarium yang digunakan untuk menampung ikan ini harus memiliki terumbu karang juga, sebagai sarangnya. Ukuran akuarium tempat memelihara Kepe Monyong tidak boleh berukuran kecil. Karena ia sangat mudah stress.

3. Kuda Laut

Walaupun namanya Kuda Laut, namun ia tetap saja jenis ikan hias. Hanya karena bentuknya yang tidak menyerupai ikan pada umumnya itulah ia dijuluki Kuda Laut.

Cara berenangnya yang lucu menyebabkan banyak penggemar ikan memburunya untuk dipelihara. Walaupun harganya memang tidak murah.

Sama seperti jenis ikan hias air laut lainnya, ukuran akuariumnya tidak boleh terlalu kecil. Minimal panjang harus 1,5 m. Juga harus dilengkapi dengan rumput laut hidup dan juga beberapa karang sebagai tempat ia tinggal.

Berbagai satwa asli laut itu tentu tidak mudah untuk dipelihara, karena habitatnya yang berbeda. Namun, sebanding rasanya jika kita lihat keindahan yang dimiliki para makhluk laut tersebut.

Minggu, 16 Januari 2011

Penguin

Penguin atau pinguin (ordo Sphenisciformes, famili Spheniscidae) adalah hewan akuatik jenis burung yang tidak bisa terbang dan secara umum hidup di belahan Bumi selatan.

Penguin
Rentang fosil: Paleosen-sekarang
Gentoo  Penguin, Pygoscelis papua
Gentoo Penguin, Pygoscelis papua
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Infrakelas: Neognathae
Ordo: Sphenisciformes
Sharpe, 1891
Famili: Spheniscidae
Bonaparte, 1831
Modern genera

Aptenodytes
Eudyptes
Eudyptula
Megadyptes
Pygoscelis
Spheniscus




Spesies dan habitat

Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies penguin, tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis penguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun penguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja. Terdapat tiga spesies penguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di Kepulauan Galapagos (Penguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.

Ukuran

Spesies penguin terbesar adalah Penguin Emperor (Aptenodytes forsteri) dengan tinggi mencapai 1,1 meter dan berat 35 kilogram atau lebih.

Spesies penguin terkecil adalah Penguin Peri (Eudyptula Minor) dengan tinggi sekitar 40 cm dan berat satu kg. Secara umum, penguin yang berukuran besar lebih dapat mempertahankan suhu tubuhnya sehingga dapat bertahan di daerah dingin, sementara penguin yang berukuran lebih kecil biasanya ditemukan di daerah yang lebih hangat bahkan daerah tropis.

Makanan

Umumnya penguin memakan krill (sejenis kerang), ikan, cumi-cumi dan hewan air lainnya yang tertangkap ketika berenang di laut. Penguin dapat meminum air laut karena kelenjar supraorbital pada tubuhnya menyaring kelebihan garam laut dari aliran darah. Garam ini lalu dikeluarkan dalam bentuk cairan lewat saluran pernafasan penguin.

Tingkah laku penguin

Penguin terlihat tidak takut dengan kehadiran manusia. Mereka akan mendekat pada kelompok peneliti yang sedang mempelajari mereka.

Namun satu bentuk pertengkaran besar antar penguin akan terjadi jika seekor ibu penguin kehilangan anaknya (karena tidak bisa bertahan dalam badai besar atau dimakan oleh hewan pemangsa). Jika seekor anak hilang, maka ibu penguin akan "mencuri" seekor anak penguin dari ibu penguin yang lain. Tingkah laku ini menarik perhatian ilmuwan. Menariknya, penguin-penguin betina lain dalam kelompok penguin tersebut tidak menyukai "pencurian" ini dan akan menolong dan "membela" ibu penguin yang anaknya dicuri.



Bentuk tubuh

Tubuh penguin sangat sesuai untuk berenang dan hidup di air. Sayapnya merupakan pendayung dan tidak mampu untuk terbang. Di daratan penguin menggunakan ekor dan sayapnya untuk menjaga keseimbangan ketika berjalan.

Setiap penguin memiliki warna putih di sebelah dalam tubuhnya dan warna gelap (biasanya hitam) di sebelah luar tubuh. Hal ini berguna untuk kamuflase. Hewan pemangsa seperti singa laut dari dalam air akan sulit untuk melihat penguin karena perutnya yang berwarna putih bercampur dengan pantulan permukaan air laut. Sedangkan permukaan gelap pada punggungnya juga menyamarkan penguin dari pandangan hewan pemangsa di atas air.

Kemampuan berenang dan menyelam

Penguin mampu berenang dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam. Penguin yang berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit dari permukaan air untuk menangkap makanan. Penguin yang berukuran lebih besar, yaitu penguin emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20 menit.

Berjalan dan meluncur

Untuk menghemat energi, kadang-kadang penguin berjalan dengan kaki pendeknya atau meluncur di salju dengan perutnya.

Kemampuan penginderaan

Penguin memiliki pendengaran yang amat baik. Jika berada di daratan, penguin amat mengandalkan pendengarannya. Mata penguin beradaptasi untuk penglihatan bawah air dalam mencari makanan dan menghindar dari pemangsa. Kemampuan daya penciuman penguin hingga saat ini masih belum banyak diketahui dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Jenis kelamin

Untuk melihat jenis kelamin penguin sangat sulit, karena penguin tidak memiliki kelamin eksternal. Akibatnya untuk membedakan jenis kelamin penguin, manusia harus memakai teknik pemeriksaan kromosom/DNA.

Galeri foto


Jenis - jenispenguin

Ikon


Banyak terdapat pula penggunaan penguin sebagai ikon, maskot dan juga figur dalam film dan mainan. Salah satu di antaranya adalah Tux Si Penguin yang merupakan maskot orisinil untuk sistem operasi Linux. Dalam film dan komik Batman terdapat tokoh antagonis yang digambarkan mirip seekor penguin. Contoh situs yang menggunakan logo penguin ini adalah Situs jaringan komputer


Rabu, 12 Januari 2011

Srikaya

Srikaya atau buah nona (Annona squamosa), adalah tanaman yang tergolong ke dalam genus Annona yang berasal dari daerah tropis.

Buah srikaya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih.

Srikaya
Buah srikaya
Buah srikaya
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Magnoliids
Ordo: Magnoliales
Famili: Annonaceae
Genus: Annona
Spesies: A. squamosa
Nama binomial
Annona squamosa
L.

Termasuk semak semi-hijau abadi atau pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu di dasarnya.

Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik. Daging buahnya putih, menyerupai dan memiliki rasa seperti podeng.

Nilai Gizi

Srikaya kaya akan energi makanan dan merupakan sumber zat besi yang baik.

Penerapan Tradisional

Digunakan oleh beberapa masyarakat di India untuk meramu tonik rambut. Bijinya juga ditumbuk dan dioleskan untuk membasmi kutu rambut.

Minggu, 09 Januari 2011

Platypus



Platypus atau Mallangong (Ornithorhynchus anatinus) ialah mamalia separa-akuatik kecil endemik di bahagian timur Australia, dan satu dari empat unjuran monotreme, kumpulan mamalia tunggal yang bertelur dan bukannya beranak (tiga yang lain adalah echidnas). Ia merupakan wakil tunggal bagi keluarga (Ornithorhynchidae) dan genus (Ornithorhynchus), walaupun fossil keluarga berkait telah dijumpai, sebahagian mereka juga tergolong dalam genus Ornithorhynchus.

Nama saintifik Ornithorhynchus secara harafiahnya bererti 'hidung burung' dalam bahasa Yunani, dan anatinus bererti 'itik'. Nama biasanya bererti 'kaki leper' dan asalnya diberikan sebagai nama genus Linnaean, tetapi ia kemudiannya diketahui telahpun diberikan kepada Kumbang Ambrosia pengorek kayu.

Fisiologi dan Anatomi

Fisiologi Platypus adalah unik. Kadar metabolik haiwan ini amat rendah berbanding mamalia lain, dengan purata suhu badan 32°C (90°F) bukannya 38 °C (100.4 °F) yang biasa pada mamalia berplacental. Sehingga mana ciri ini merupakan ciri monotremes, berbanding adaptasi pada sebahagian kecil spesies yang masih hidup kepada keadaan gentir, tidak diketahui dengan jelas.

Badan dan ekor lebar, leper Platypus diselitupi dengan bulu perang. Ia mempunyai kaki bercantum dan paruh yang besar, bergetah yang lebih menyerupai itik berbanding haiwan mamalia lain. Ini mendorong ia dikenali sebagai "Platipus berparuh itik" - "Duck-billed Platypus". Pendatang awal British memanggilnya sebagai 'Mondok Air' - 'Water Mole'.

Saiz jauh berbeza antara kurang dari satu kilogram (dua [[Pound#Pound (avoirdupois) or international pound|pounds]]) dan melebihi dua kilogram (kurang sedikit dari empat setengah paun); dengan panjang badan antara 30 hingga 40 cm (hampir 1 ' sehingga 1'3", dan panjang ekor antara 10 hingga 15 cm (4" to 6") bagi jantan dan 8 hingga 13 cm (3" hingga 5") bagi betina. Jantan sekitar dua per tiga ganda besar berbanding betina. Terdapat variasi jelas dalam purata saiz dalam satu kawasan ke kawasan yang lain, agak pelik pola ini kelihatannya tidak menurut sebarang hukum cuaca tertentu.

Anak Platypus moden mempunyai tribosphenik 'tiga bonjol - three-cusped' gigi molar, yang merupakan salah satu ciri utama mamalia; haiwan dewasa tiada bergigi. Rahang Platypus dibina agak berlainan dari mamalia lain, dan otot pembuka rahang adalah berbeza. Sebagaimana mamalia sebenar, tulang kecil yang mengalirkan bunyi kepada telinga dalam disekalikan dengan tengkorak, tidak hanya terletak pada rahang sebagaimana cynodont dan synapsid pre-mamalia lain. Bagaimanapun, bukaan luar telinga masih terletak pada dasar rahang. Platipus mempunyai tulang tambahan pada bahu "shoulder girdle", termasuk interklavikle, yang tidak terdapat pada mamalia lain. Ia juga mempunyai lengguk seperti reptile, dengan kaki yang terletak di sisi dan bukannya di bawah badan.

Platypus jantan mempunyai taji beracun pada pergelangan kaki, yang digunakan untuk bertempur sengit merebut kawasan dan peluang mengawan. Bisa ini tidak membawa maut pada manusia dewasa tetapi menhasilkan sakit berbisa dan keradangan yang mampu berlarutan selama beberapa bulan. Bisa ini mampu membunuh anjing dan haiwan peliharaan lebih kecil.

Bisa Platypus

Bisa Platypus dihasilkan pada kelenjar krural pada Platypus jantan ketika musim mengawan dan digunakan dengan ganas menerusi taji "calcaneous" pada setiap kaki belakang "hindlimb". Kerana bisa tersebut mempunyai fungsi berbeza berbanding bisa yang dihasilkan spesies bukan mamalia, ia mungkin mengandungi peptide atau molekul yang kesan utamanya tidak mengancam nyawa tetapi bagaimanapun melumpuhkan mangsa. Buktinya dapat dilihat berdasarkan simptom "envenomation" platypus.

Pada manusia simptom paling jelas adalah kesakitan yang amat dan segera. Edema terbentuk dengan cepatnya sekitar luka dan beransur merebak keseluruhan anggota tubuh. Maklumat yang diperolehi dari sejarah kes dan bukti anecdotal evidence menunjukkan kesakitan bertukar kepada hyperalgesia berpanjangan yang kekal selama beberapa hari atau bulan.

Ekologi dan tabiat

Platypus adalah nokturnal dan semi-akuatik, mendiami anak sungai dan sungai yang merangkumi kawasan yang luas dari tanah tinggi sejuk Tasmania dan the Australian Alps sehingga hutan hujan tropika persisiran pantai Queensland sejauh ke utara pangkal Semenanjung Cape York. Di daratan, taburannya kurang diketahui: ia pupus di Selatan Australia (tidak mengira populasi dilepaskan kembali di Pulau Kangaroo) dan tidak lagi dijumpai di bahagian utama Murray-Darling Basin, kemungkinannya akibat kualiti air yang merosot akibat skim pembukaan tanah dan pengaliran yang pesat. Sepanjang sistem sungai persisiran pantai, taburannya tidak dapat dijangka; ia kelihatannya tiada dari sebahagian sungai yang agak bersih, tetapi mengekalkan kehadiran di sungai yang agak tercemar (sebagai contoh, hilir Maribyrnong).

Platypus adalah perenang handal dan menghabiskan banyak masa di dalam air. Ia menutup mata ketika berenang, dan bergantung kepada deria lain sepenuhnya. Kesemua empat kaki Platipus bercantum seperti kaki itik. Apabila platipus berenang, ia meluncurkan diri dengan mengayuh dengan dua kaki hadapan. Ekor dan kaki belakang membantu pengemudian tetapi tidak bagi tujuan tujahan.

Platypus ialah haiwan maging. Platipus makan cacing dan larva serangga, udang air tawar, dan yabbie (crayfish air tawar) yang digalinya dari dasar sungai dengan paruhnya atau tangkap ketika berenang. Paruhnya amat sensitif, membenarkannya memburu makanan tanpa melihat. Platipus adalah salah satu dari sebahagian kecil mamalia yang diketahui mempunyai deria electroception: ia mengesan mangsa sebahagiannya dengan mengesan arus eletrik badan mereka. Electroception platipus adalah yang paling sensitif bagi haiwan mamalia.

Apabila tidak berada di dalam air, Platipus berehat dalam sarang lubang pendek keratan rentasnya berbentuk bujur, hampir selalunya ditebing sungai tidak jauh dari aras air, dan seringkali hidden di bawah rimbunan akar. Untuk bertelur, Platipus betina menggali sarang yang lebih rumit, sehingga 20 m panjang dan disumbat dengan penutup secara berselang. Ia akan mengisi sarang di hujung terowong dengan rumpai untuk bahan alas.

Sebagai monotreme, Platipus tidak melahirkan anak hidup-hidup tetapi bertelur dalam sarang. Telur ini disimpan di dalam badan untuk sekian lama sebelum ia dikeluarkan dan dijaga secara aktif oleh kedua ibubapa. Apabila telur menetas selepas tempoh pengeraman sekitar sepuluh hari, anak kecil tanpa bulu berpaut kepada ibu. Sebagaimana mamalia lain, ibu menghasilkan susu untuk anaknya. Platipus tidak mempunyai puting, tetapi mengeluarkan susu melalui liang pada kulitnya. Anak Platipus menghisap susu daripada perut ibunya ketika ia terbaring melentang.

"Electrolocation" pada platypus

Pada platypus, elektroreseptor terletak pada baris rostro-caudal pada kulit di paruh, sementara mechanoreceptors terbahagi secara sekata pada paruh. Kawasan electrosensory di serebral kortex terkandung dalam kawasan somatosensory sentuhan "tactile", dan sesetengah sel cortical menerima input dari kedua electroreceptors dan mechanoreceptors, mencadangkan kaitan rapat antara kedua deria sentuhan "tactile" dan eletrik. Platipus mampu menentukan arah sumber eletrik, kemungkinannya dengan membandingkan perbezaan kekuatan isyaratsepanjang penerima eletrik "electroreceptors" ketika ia sering menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan ketika memburu. Penyatuan kortikal "cortical" antara electrosensory dan tactile inputs mencadangkan mekanisma bagi menentukan jarak mangsa yang, apabila mereka bergerak, menghasilkan kedua-dua isyarat eletrik dan denyutan tekanan mekanikal. Jarak kemudian boleh dikira melalui perbezaan masa tiba kedua isyarat. Kebanyakan permakanan platipus dilakukan dengan menggali di dasar sungai dengan menggunakan paruh. Kemungkinan receptor eletrik "electroreceptors" boleh juga digunakan bagi membezakan antara objek hidup dan bukan hidup dalam situasi di mana mechanoreceptors dirangsangkan secara berterusan. Kebanyakannya adalah sekadar jangkaan, dan oleh itu lebih banyak boleh dipelajari mengenai electroreception pada platipus dan rakan monotremenya, echidna.

Biologi lapangan platypus

Biologi lapangan platypus mula dikaji oleh beberapa pakar biologi "expatriate" yang melawat koloni Australia untuk mengumpul spesiment pada tahun 1800an. Hasil kerja mereka di sambung pada awal dan pertengahan 1900an oleh sekumpulan pakar sejarah alam tempatan dan kemudiannya semakin ramai oleh pakar biologi akademik. Kesemua hasil kerja ini menyumbang dengan banyaknya kepada pemahaman sekarang mengenai bidang biologi lapangan spesies unik Australia ini.

Platypus mendiami taburan umum sama seperti sebelum kedatangan penduduk Eropah di Australia, kecuali kepupusannya dari negeri Selatan Australia. Bagaimanapun, pertukaran tempatan dan serpihan taburan akibat modifikasi manusia terhadap habitatnya telah direkodkan. Spesies ini pada masa kini mendiami Australia barat dari sekitar Cooktown di utara sehingga ke Tasmania di selatan. Walaupun tidak terdapat di sungai mengalir ke barat di utara Queensland, ia mendiami ulu sungai-sungai yang mengalir ke barat dan utara banjaran yang membelah diselatan negeri dan di New South Wales dan Victoria. Jumlah semasa dan dahulunya, kurang diketahui dengan jelas dan kemungkinannya semakin berkurangan, walaupun masih dianggap biasa pada keseluruhan jarak sekarang. Platipus diburu dengan meluas untuk bulunya sehinggalah awal abad ke 20.

Platypus adalah haiwan yang aktif memburu waktu malam "nocturnal", merupakan karnivor mengambil peluang "opportunistic carnivore" benthic tanpa tulang belakang "invertebrates". Platipus adalah endothermic, mengekalkan suhu badan rendah (32 °C), walaupun ketika memburu untuk berjam-jam lamanya dalam air bawah 5 °C. Keperluan habitat utamanya termasuk ciri-ciri riverine dan riparian yang mengekalkan bekalan spesies mangsa "benthic" prey species dan tebing tinggi yang dalam mana sarang untuk berehat dan bertelur boleh digali.

Spesies ini menunjukkan musim mengawan tunggal, dengan mengawan bermula pada akhir musim sejuk atau musim bunga "Spring" dan anak mula memasuki air selepas 3-4 bulan dijaga oleh ibu menyusu dalam sarang. Pemerhatian Sejarah Alam sekitar, kajian genetik populasi awal dan penyiasatan menanda dan tangkapan kembali menunjukkan kemungkinannya terdapat anggota populasi tetap dan merayau dan mencadangkan sistem pasangan poligami - "polygyny/polygynous". Kajian lapangan terkini sebahagian besarnya mengesahkan dan mengembangkan karja pakar biologi awal dan pakar sejarah alam sekitar.

Sejarah saintifik

Apabila Platypus mula-mula dijumpai oleh orang Eropa pada akhir 1700an, pelt dihantar ke Britain untuk pemeriksaan oleh masyarakat saintifik. Pakar sains British pada mulanya yakin bahawa kumpulan ciri-ciri fizikal yang kelihatan pelik itu adalah penipuan, dihasilkan oleh taxidermist Asia.

Dunia diperkenalkan kepada Platypus pada tahun 1939 apabila majalah National Geographic menerbitkan rencana berkenaan Platipus dan usaha untuk mengkaji dan membiakannya dalam kurungan. Ini merupakan usaha yang sukar, dan hanya sedikit anak berjaya dibesarkan semenjak itu — terutamanya di Healesville Sanctuary di Victoria.

Melihat Platypus liar adalah lebih kepada bernasib baik dan sabar dan bukannya sukar. Mereka cenderung untuk menjauhi kawasan berpenduduk, menghabiskan sepanjang masa dibawah tanah atau di bawah air, dan sebahagian besarnya memburu waktu malam "nocturnal". Bagaimanapun, Platipus tidaklah jarang, dan dikawasan yang sesuai kebanyakan peminat pemancing atau pemerhati burung melihat Platipus makan dengan senyap sepanjang tebing sungai setiap satu atau dua tahun.

Platypus tidak dianggap dalam bahaya kepupusan segera. Ia dikelaskan dalam pelbagai samaada selamat tetapi berhadapan dengan ancaman masa hadapan atau biasa tetapi lemah "vulnerable", terutamanya kerana spesies ini sensitif kepada pencemaran air.

Platypus dalam evolusi mamalia

Platypus dan monotreme lain tidak difahami dengan jelas selama beberapa tahun, dan sehingga hari ini merupakan sebahagian daripada mitos abad ke 19 berkenaan mereka berkekalan, terutama di kawasan hemisfera utara. Sebagai contoh, ia masih dipercayai bahawa monotreme adalah kurang sempurna 'inferior' atau separuh-reptilia (quasi-reptilian), dan ia merupakan leluhur awal kepada mamalia plasenta yang lebih baik. Kini ia telah diketahui bahawa monotreme moden adalah yang masih hidup daripada cabang awal pokok keluarga mamalia; cabang kemudian dipercayai menjadi kumpulan marsupial dan plasental. Fossil tertua monotreme (Teinolophos dan Steropodon) berkait rapat dengan Platipus moden. Secara ringkas, Platipus adalah saudara rapat leluhur mamalia, tetapi bukannya sebahagian daripada rantaian evolusi mamalia. Cabangnya agak berbeza dengan apa yang diketahui.

Kromosome Seks

Pada tahun 2004 penyelidik di Australian National University mendapati bahawa platipus mempunyai sepuluh kromosom seks, berbanding dua (XY) yang terdapat pada kebanyakan mamalia lain. Sistem kromosom menampilkan ciri-ciri yang terdapat di dalam mamalia, dan juga pada sistem WZ pada burung. Berita ini mengkhabarkan kelainan platipus dalam alam haiwan, dan sasaran bagi penyelidikan lanjut bagi kaitan evolusi antara mamalia, burung dan reptilia.